Tuesday, November 22, 2011

RG2011... Renungan atas Pertandingan Timnas Indonesia vs Malaysia, Ketabahan dan Keteguhan Malaysia Mengatasi Tekanan dan Cacian (Oknum) Indonesia

 

Oleh Erick Firdauz

Sebetulnya secara pribadi saya tidak begitu mengerti dan menyukai permainan sepakbola. Kalaupun ada beberapa pertandingan yang pernah saya tonton akhir2 ini hanyalah pertandingan final AFF 2011 dan final SEA Games 2011, kesemuanya Indonesia vs Malaysia. Karenanya sebelumnya saya mohon maaf apabila opini saya banyak mengandung kesalahan karena keamatiran saya di dunia persepakbolaan.

Melihat dua kali pertandingan Timnas Indonesia vs Malaysia, dan juga merasakan kondisi "environment" di sekitar saya menjelang pertandingan tersebut, saya selalu merasakan pertandingan sepakbola Indonesia vs Malaysia bukanlah sekedar pertandingan olahraga biasa. Selalu saja ada "bumbu penyedap" yang menambah seru laga tersebut. Disadari atau tidak, persaingan sengit antara saudara serumpun ini telah membuat kedua Negara memiliki timnas yang terbaik di Asia Tenggara, terlepas siapa yang Juara dan siapa yang Runner Up.

Individual Skill versus Ketabahan Team Work

Beberapa hari yang lalu saat tiba di KLIA selepas cuti Idul Adha, saya ditanya oleh petugas imigrasi KLIA yang kebetulan sudah kenal dengan saya karena seringnya bolak-balik KL-Jkt, mana yang saya jagokan, Timnas Indonesia atau Malaysia. Saat itu saya ringan saja jawabnya, untuk timnas senior saya masih menjagokan Malaysia karena ada Safee, namun untuk U23 saya menjagokan Indonesia karena ada garuda2 muda Papua dengan individual skill sekelas pemain2 Brazil.

Rupanya pernyataan saya tidak tepat namun tidak terlalu salah juga. Pertandingan semalam memang menunjukkan individual skill yang sangat baik dari garuda2 muda Indonesia. Betapa kehebatan individu Titus Bonai, Patrich Wanggai, Oktavianus Mainani (Okto), Diego dan juga penyerang2 garuda lainnya mendominasi keseluruhan permainan sampai dengan perpanjangan waktu. Bahkan komentator Astro Arena yang biasanya (maaf) kurang menghargai permainan Timnas Indonesia, mengakui bahwa individual skill dari para garuda muda melebihi rata2 Timnas harimau muda Malaya. Kalaupun ada yang menonjol dari tim harimau muda adalah En. Fahmi, goal keeper kebanggan Malaysia yang juga bermain sangat baik pada piala AFF dulu.

Namun demikian, organisasi tim harimau muda sangat terjaga. Didorong dengan ketabahan dan mental baja, harimau muda tetap konsisten menjaga barisan pertahanan dan melakukan counter attack terhadap garuda muda. Tidak sedikitpun mereka bergeming ditengah tekanan serangan garuda muda yang mengedepankan teknik individual. Kesabaran, mental baja dan teamwork harimau muda terbukti mampu perlahan tapi pasti menekan garuda muda selepas ketertinggalan mereka, hingga akhirnya harimau muda mampu menyamakan kedudukan di babak pertama. Kedudukan tersebut bertahan hingga perpanjangan waktu, dan akhirnya mental baja sang harimau berbuah manis, mengalahkan garuda muda dalam adu penalty. Selamat buat harimau Malaya dan teruslah berjuang garuda muda. Anda kalah dengan terhormat, kembalilah dengan kepala tegak dan teruskan kerja kerasmu agar mendapatkan kejayaan di masa mendatang.

Sportifitas Garuda-Harimau Malaya dan Kampungannya (Sebagian) Supporter Indonesia

Saya orang Indonesia. Mohon maaf sebelumnya, namun saya malu dengan sikap sebagian dari supporter Indonesia yang tidak mampu menghargai lagu kebangsaan Malaysia.

Bukan rahasia umum lagi bahwa sebagian (mungkin besar) supporter Indonesia tidak mampu untuk diam menahan diri tidak bersuara selama 3-5 menit saat lagu kebangsaan Malaysia diputar di awal pertandingan. Hal ini ternyata juga dikeluhkan bukan hanya oleh Timnas Malaysia, bahkan hampir oleh seluruh Timnas dari negara2 peserta SEA Games lainnya, di hampir seluruh cabang olah raga.

Lantas pertanyaan saya kemanakah keramahan dan senyuman khas Indonesia yang dulu kita banggakan? Apakah semangat nasionalisme semu telah berubah menjadi semi chauvinisme, yang merasa hebat dengan mencemooh simbol2 kebangsaan Negara lain?

Hubungan persahabatan Indonesia dan Malaysia memang unik. Ibarat dua tetangga yang hanya terpisah dengan dinding tembok pembatas rumah, mestilah banyak permasalahan yang kerapkali terjadi, suara televisi terlalu keras, bau masakan yang menyengat, dan lain2. Tapi bagaimanapun juga jikalau ada musibah semisal kebakaran dan atau ada kedukaan seperti anggota keluarga sakit atau meninggal di rumah kita, pastilah kita mengharapkan tetangga terdekat kita yang akan terlebih dahulu menolong dibanding saudara lain yang tinggal lebih jauh. Bukankan mengurusi jenazah adalah fardhu kifayah bagi tetangga terdekat kita dan bukan bagi saudara yang tinggal jauh dari kita?

Nenek moyang manusia2 yang menghuni nusantara berasal dari suku bangsa yang sama. Sepanjang yang saya pahami, sebelum datangnya penjajah2 kulit putih, manusia2 di Nusantara ini telah hidup dalam rukun dan damai selama ratusan tahun. Mereka tinggal di kepulauan yang terpisah dengan lautan, namun mereka mampu hidup dengan rukun dan damai sehingga terjadilah akulturasi budaya yang eksis sampai dengan saat ini. Terpisahnya nusantara menjadi Negara yang bernama Indonesia dan Malaysia sesungguhnya dilatarbelakangi oleh peng-kotak-kan yang dilakukan penjajah Belanda dan Inggris. Memang Indonesia memenangkan kemerdekaan dan mempertahankannya melalui peperangan dahsyat, dan dilain sisi Malaysia mendapatkannya melalu jalur diplomasi. Namun bukan berarti pembenaran bangsa Indonesia boleh melecehkan simbol2 kebangsaan Malaysia, apakah itu berupa bendera, lagu kebangsaan dan lain2. Hormatilah mereka sebagaimana kitapun ingin dihormati. Ingatlah bahwa atlit2 mereka datang sebagai duta bangsa yang pantas dihormati, sebagaimana kitapun ingin atlit2 Indonesia dihormati saat SEA Games dilaksanakan di Malaysia nanti. Tunjukanlah kebesaran Indonesia melalui keramahan dan kedewasaan kita sebagai tuan rumah yang baik.

Harimau Malaya menyadarkan kelemahan PSSI?

Pernahkan kita membayangkan andai timnas Indonesia yang menang di piala AFF Suzuki 2011 lalu. Pastilah kita semua senang, Jakarta pesta besar, dan…… (mungkin) Nurdin Halid sang koruptor masih menjadi ketua PSSI sampai saat ini.

Selalu ada dua sisi dalam kehidupan di dunia, sisi negatif dan juga positif. Kesedihan akan kekalahan Garuda Senior di Bukit Jalil memang menyesakkan dada kita, namun juga merupakan momentum perubahan di PSSI menuju era keterbukaan. Satu hal yang patut kita ingat, keberhasilan tim senior harimau Malaya mendapatkan piala AFF bukanlah hasil instan yang didapat dalam waktu singkat. Pembinaan tim tersebut dimulai sejak dini, dan mulai terlihat hasilnya saat (sebagian besar) tim yang sama memenangkan medali emas pada SEA Games ke 25 di Laos. Saya dengar dari rekan kerja saya orang Malaysia, konon katanya asosiasi sepakbola Malaysia diketuai oleh seorang Sultan yang kaya raya dan beliau banyak menyumbangkan kekayaan pribadinya untuk menyekolahkan dan melatih bakat-bakat muda harimau Malaya ke sekolah sepakbola di Inggris sejak bertahun2 yang lalu. Inilah yang konon katanya menjadikan kemajuan persepakbolaan di Malaysia menjadi seperti saat ini.

Bandingkan dengan rezim Nurdin Halid yang akhirnya meninggalkan PSSI dalam posisi kas kosong melompong dan warisan hutang yang cukup menyesakkan pengurus baru. Mengetahui posisi rezimnya mulai terancam disaat menjelang piala AFF, dia mencoba meraih kepopuleran lewat kemenangan dengan cara instan bernama naturalisasi. Tanpa sedikitpun bermaksud merendahkan Gonzales the heroes dan si ganteng Irfan Bachdim, saya pribadi yakin pemupukkan bakat2 lokal sejak dini akan mampu melahirkan tim garuda yang handal dibanding "mengecat" bulu sang garuda dengan warna pirang. Lihatlah betapa Papua misalnya, menyimpan bakat2 pemain bola yang handal, tak kalah dari pemain2 Brazil. Binalah pemain2 lokal Indonesia sejak dini. Saya yakin dimasa yang akan datang kita akan memiliki tim garuda yang bukan saja mampu mengalahkan harimau Malaya, namun juga mampu terbang tinggi di kancah persepakbolaan internasional.

Buktikan cinta sejatimu pada Timnas Garuda, bukan hanya cinta sesaat dikala menang

Saya bermaksud menyindir diri saya sendiri di bagian akhir tulisan ini, jadi buat yang ikut tersindir (kalau ada) mohon maaf yah.

Semalam istri saya mentertawakan saya ketika saya dengan antusiasnya berteriak2 menyoraki timnas garuda muda yang sedang berjuang melawan terkaman harimau muda Malaya. Bukan apa2, terus terang mungkin itu pertama kalinya dia melihat saya begitu antusiasnya menyaksikan pertandingan sepakbola sejak pacaran dulu. Maklum, ketika final AFF dulu saya berada di Malaysia sementara dia di Senayan , sengaja pulang dari KL untuk menyemangati sang Garuda beraksi di pertandingan final AFF yang kedua. Padahal ini kali kedua dalam hidup saya merasa sangat antusias dengan permainan timnas Garuda, hahaha,…… baru dua kali aja bangga. Berbeda dengan istri saya yang memang mengerti sepak bola dan mengikuti perjalanan timnas garuda sejak awal piala AFF dan Sea Games. Bahkan sejak jauh2 hari semasa dikampus, dia memang sudah suka sepakbola. Koq jadi kebalik yah, hehehe.

Lalu menyeruak pertanyaan di benak saya, bagaimana dengan para supporter Indonesia yang lain? Sekali waktu saya pernah membaca berita bahwa saat ini pertandingan timnas Garuda Senior pada pra piala dunia di Jakarta sudah mulai sepi penonton. Alasannya klasik, karena penonton tak yakin ada harapan timnas Garuda akan memenangkan pertandingan melawan ksatria2 Timur Tengah yang memang lebih powerfull dan "panjang jangkauannya" dibandingkan timnas garuda.

Saya bertanya pada diri saya sendiri, seberapa dalam cinta saya pada timnas garuda sehingga saya pantas mengharapkan timnas garuda untuk menang dan menjadi yang terdepan? Apakah cinta bagaikan cinta pada istri yang didekati sejak lama, dipacari, dilamar, dinikahi dan sekarang hidup bersama. Ataukah hanya bagaikan hawa nafsu sesaat pada bintang film (maaf) porno, yang begitu sexy dan menggairahkan namun mudah terlupakan.

Saya terenyuh saat saya tak kuasa menjawab tantangan istri saya untuk menyebutkan nama keseluruhan tim garuda muda yang bermain malam tadi. Hanya beberapa nama yang bisa saya sebutkan, itupun karena pemberitaan yang gencar di media akhir2 ini. Bandingkan dengan dia yang dengan fasihnya menyebut bukan saja nama, tapi asal klub dari seluruh garuda muda yang terbang menggelorakan Senayan malam tadi.

Lalu apakah saya layak mengharapkan kemenangan sang garuda yang saya cintai dengan setengah hati? Ataukah saya termasuk orang2 yang sok mencintai garuda disaat menang, berteriak sok nasionalis dengan mencemooh lagu kebangsaan lawan di awal pertandingan…. Dan pergi disaat sang garuda tak kuasa mengepakkan sayapnya…. Yah semoga saja hanya sedikit orang tak berguna seperti saya di Republik yang saya cintai ini.

Majulah Timnas Garudaku, Jayalah Indonesiaku.

__._,_.___
Recent Activity:
" Minuman para Anbia :  http://higoat-2009.blogspot.com/"

" Anda masih mencari jodoh? Lawati http://www.myjodoh.net"

" Kertas Soalan Ramalan Matematik 2010 :  http://maths-catch.com/exam"

" Kedai Maya : http://halawahenterprise.blogspot.com/"

" Blog Sahabat RG : http://azwandengkil.blogspot.com"

Terima kasih kerana sudi bersama kami. Untuk mendapatkan maklumat lanjut tentang ReSpeKs Group, sila ke : http://respeks-group.blogspot.com.
Segala email yang tersiar melalui Respeks Group adalah tanggungjawab penulis asal email. Owner atau moderator tidak bertanggungjawab ke atas setiap email yang disiarkan dan sebarang dakwa dakwi tiada kena mengena dengan moderator group.

MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment