Thursday, May 2, 2013

RG2011... Profesor Islam Jerman yang Mualaf Sekarang Murtad

 



Inline image 1



Professor Yang direkrut untuk Menjangkau Muslim Malah Mengguncang Islam

Teori dari teolog Islam: Kemungkinan Besar Nabi Muhammad Tidak Pernah Ada

MÜNSTER  Jerman — Muhammad Sven Kalisch, seorang petobat yang masuk Muslim dan professor teologi Islam pertama di Jerman berpuasa selama bulan suci Muslim, tidak suka berjabat tangan dengan perempuan Muslim dan telah bertahun-tahun mempelajari Kitab Suci Islam. Islam, katanya, adalah pedoman hidupnya.

Satu yang mengejutkan ketika Prof. Kalisch mengumumkan hasil riset teologisnya. Kesimpulannya: Nabi Muhammad kemungkinan tidak pernah ada.Tidak mengejutkan kalau Kaum Muslim marah besar. Bahkan kartunis Denmark yang memicu protes global beberapa tahun lalu pun tidak memandang sang Nabi sebagai tokoh fiksi. Polisi Jerman yang khawatir akan reaksi keras, meminta si profesor untuk memindahkan pusat studinya ke tempat yang lebih aman

"Kami tidak tahu kalau dia akan memiliki gagasan seperti itu," kata Thomas Bauer, rekan sesama akademisi di Münster University yang duduk dalam komisi yang telah mengangkat Prof. Kalisch. "Saya lebih ortodoks dari pada beliau, namun aku bukan Muslim."

Saat Prof. Kalisch menduduki jabatan profesor teologi empat tahun lalu, dia dipandang sebagai bukti bahwa kaidah keilmuan Barat dan metode Islam dapat berdampingan sehingga membendung pengaruh pengkhotbah radikal di Jerman. Dia mengelola program baru di Münster yang merupakan salah satu universitas tertua dan dihormati di Jerman, untuk melatih guru sekolah pemerintah mengajar siswa muslim tentang imannya.

Pemimpin Muslim gembira dan bergabung dalam dewan penasehat pada Center for Religious Studies. Para politikus memuji penunjukkannya sebagai tanda kesediaan Jerman untuk menyerap sekitar tiga juta Muslims ke dalam masyarakat secara umum. Namun menurut Andreas Pinkwart, menteri yang membawahi pendidikan tinggi di bagian Utara Jerman, "hasilnya mengecewakan."

Prof. Kalisch, yang mati-matian mengatakan bahwa dia masih Muslim, mengatakan dia mengetahui bahwa dia akan mendapat masalah namun dia ingin agar Islam pun diteliti secara cermat seperti halnya Kekristenan dan Yudaisme. Para ilmuwan Jerman abad 19, katanya, merupakan orang pertama yang mempertanyakan keakuratan historis Alkitab

Banyak sarjana Islam mempertanyakan keakuratan tulisan kuno tentang kehidupan Muhammad. Biografi Muhammad terawal (dimana salinannya tidak ada), berasal dari kira-kira satu abad setelah tahun yang diterima sebagai tahun kematian Muhammad (tahun 632), dan hanya diketahui lewat referensi terhadap teks-teks ini dalam naskah yang lebih kemudian. Namun hanya beberapa ilmuwan yang meragukan keberadaan Muhammad. Kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa kehidupannya lebih banyak tercatat dari pada kehidupan Yesus

"Tentu saja Muhammad ada," kata Tilman Nagel, seorang sarjana di Göttingen dan penulis sebuah buku baru berjudul, "Muhammad: Life and Legend." Sang Nabi berbeda dari seorang yang tidak bersalah yang diakui dalam tradisi Islam, kata Prof. Nagel, namun "cukup aneh kalau kita mengatakan bahwa beribu-ribu halaman tulisan tentang Muhammad dianggap sebagai penipuan " dan menganggap bahwa Muhammad tidak pernah ada

Sementara itu, Prof. Nagel menandatangani petisi untuk mendukung Prof. Kalisch yang mendapat kritikan tajam dari kelompok Muslim dan beberapa akademisi sekuler Jerman. "Kami hidup di Eropa," Kata Prof. Nagel. "Pendidikan terkait dengan pemikiran, bukan hanya menghafal

Pusat studi religius yang dipimpin baru-baru ini dibubarkan dan alamatnya dihapus dari Web sitenya. Sang professor berbadan tegap yang berusia 42 tahun itu mengatakan bahwa dia tidak menerima ancaman khusus tetapi dipandang sebagai seorang murtad, yang merupakan pelanggaran yang diganjar hukuman mati dalam Islam

"Mungkin orang akan berspekulasi bahwa beberapa idiot akan datang dan memancung kepala saya," katanya dalam sebuah wawancara tentang studinya

Beberapa menit kemudian seorang asisten datang dengan panik untuk memberitahu bahwa sebuah jam digital mencurigakan ditemukan di gang. Polisi yang dipanggil ke tempat kejadian mengatakan bahwa jam itu tidak berbahaya

Masuk islam pada usia 15 tahun, Prof. Kalisch mengatakan bahwa dia menjadi Islam karena tampknya lebih rasional dari pada yang lain. Dia memeluk Islam Syiah yang dikenal cenderung skeptis. Setelah tidak lama bekerja sebagai pengacara, dia mulai melakukan penelitian pasca doctoral tahun 2001 tentang Hukum-Hukum Islam di Hamburg untuk melewati proses rumit yang dibutuhkan agar menjadi professor di Jerman

Serangan 11 September di Amerika Serikat mengguncang Kalisch namun itu tidak mengurangi kesetiaannya. Malah setelah dia tiba di Münster University tahun 2004, dia dianggap terlalu konservatif. Sami Alrabaa, seorang ilmuwan di kolese terdekat mengingat kuliah yang diberikan oleh Prof. Kalisch dan merasa terganggu oleh pembelaannya yang doktriner terhadap hukum Islam yang dikenal sebagai Syariah.

Dalam percakapan pribadi dia bergerak ke arah berbeda. Dia membaca tulisan-tulisan yang mempertanyakan keberadaan Abraham, Musa dan Yesus. Lalu "Saya berkata pada diri sendiri: Kamu telah mengkritik Kekristenan dan Yudaisme namun bagaimana dengan agamamu sendiri? Bolehkan kamu mengasumsikan bahwa Muhammad memang sebenarnya ada?"

Pertama-tama dia tidak ragu-ragu, namun keraguan muncul perlahan-lahan. Dia terkejut, katanya, oleh kenyataan bahwa uang logam yang mencantumkan nama Muhammad baru muncul pada abad ketujuh yaitu sekitar enam dekade setelah agama itu muncul

Dia bertukar pikiran dengan bebarapa ilmuwan di Saarbrücken yang beberapa tahun ini menyebarkan gagasan tentang ketiadaan Muhammad. Mereka mengklaim bahwa "Muhammad" bukan nama orang tetapi nama jabatan, dan Islam dimulai sebagai ajaran sesatnya Kekristenan

Prof. Kalisch tidak mempercayai semua gagasan itu. Dalam kontribusinya tahun lalu untuk sebuah buku tentang Islam, dia juga mempertimbangkan gagasan aneh dan menyebut keberadaan Muhammad "lebih mugkin dari pada tidak sama sekali." Namun awal tahun ini, pikirannya berubah. "Semakin banyak saya membaca, keberadaan tokoh historis yang menjadi akar dari semua ini menjadi semakin tidak mungkin," katanya

Beberapa mahasiswanya mengkhawatirkan arah pengajarannya. "Saya mulai berpikir kalau-kalau nantinya dia meragukan keberadaan dirinya sendiri dan mengatakan bahwa dia tidak ada," kata salah satu din atara mereka.

Beberapa mahasiswa memboikot kuliahnya. Sementara itu yang lainnya memuji beliau.

Prof. Kalisch mengatakan bahwa dia "tidak pernah mengatakan pada mahasiswanya 'percaya saja semua yang dikatakan Kalisch';" dia mengajar mereka berpikir secara independen. Agama, katanya, merupakan "tongkat" yang membantu orang percaya mendapatkan "kebenaran spiritual di baliknya." Bagi si professor, yang penting bukanlah masalah Muhammad pernah hidup atau tidak tetapi filsafat yang disajikan menggunakan namanya

Musim panas ini pertikaian pendapat ini masuk berita utama. Surat kabar Jerman berbahasa Turki melaporkan hal ini dengan penuh semangat. Media di dunia Muslim mengangkat isu ini.

Dewan Koordinasi Islam Jerman menarik diri dari badan penasehat pusat studi yang dimpin Prof. Kalisch. Bebarapa anggota Dewan menolak memanggilnya dengan nama Islamnya, Muhammad, dan mengatakan bahwa dia harus dipanggil Sven mulai saat itu.

Dunia Akademi Jerman terpecah. Michael Marx, ahli Kuran di Berlin-Brandenburg Academy of Sciences, memperingatkan bahwa pandangn Prof. Kalisch's akan mendiskreditkan kesarjanaan Jerman dan mempersulit ahli Jerman bekerja di daerah Muslim. Namun Ursula Spuler-Stegemann, seorang sarjana Islam di University of Marburg, membuat sebuah situs yang disebut solidaritymuhammadkalisch.com dan mulai sebuah petisi online untuk mendukung [Kalisch].

Gusar karena upaya perintisan untuk menjangkau Muslim memancing api tantangan, Münster University memutuskan untuk memadamkan api itu. Prof. Kalisch diberitahu bahwa dia boleh tetap menjadi professor tetapi dia harus berhenti mengajar tentang Islam bagi calon guru agama

Sang professor mengatakan bahwa dia menjadi lebih bersemangat dari sebelumnya untuk terus mendalami imannya. Dia sedang menyelesaikan sebuah buku yang menjelaskan pemikirannya. Buku tersebut berbahasa Inggris bukan Jerman karena dia ingin bukunya membawa dampak yang lebih besar. "Saya yakin bahwa saya perlu melakukan apa yang sementara saya lakukan saat ini. Harus ada diskusi tentang Islam," katanya

Almut Schoenfeld di Berlin berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Artikel berbahasa Inggris dapat diakses pada situs ini yang akses terakhir 20 Desember 2010, 21.01 WIB

Update: sepertinya saat ini si profesor sudah meninggalkan islam. Bagaimanapun, dia masih muslim saat artikel ini ditulis


__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
" Minuman para Anbia :  http://higoat-2009.blogspot.com/"

" Anda masih mencari jodoh? Lawati http://www.myjodoh.net"

" Kertas Soalan Ramalan Matematik 2010 :  http://maths-catch.com/exam"

" Kedai Maya : http://halawahenterprise.blogspot.com/"

" Blog Sahabat RG : http://azwandengkil.blogspot.com"

Terima kasih kerana sudi bersama kami. Untuk mendapatkan maklumat lanjut tentang ReSpeKs Group, sila ke : http://respeks-group.blogspot.com.
Segala email yang tersiar melalui Respeks Group adalah tanggungjawab penulis asal email. Owner atau moderator tidak bertanggungjawab ke atas setiap email yang disiarkan dan sebarang dakwa dakwi tiada kena mengena dengan moderator group.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment