Oleh Yusuf Muhammad Efendy Orang beranggapan bahwa dengan adanya bencana tsunami dan gempa, maka ekonomi Jepun akan kucar kacir. Dan krisis energi berkepanjangan akan menimpanya. Dan yang jelas negaranya akan menghadapi masa sulit yang panjang. Seperti kita ketahui sekitar 30% punca energi negara sakura ini ditopang oleh kekuatan nuklir. Berbicara masalah akibat tsunami dan kehancuran ekonomi Jepun, mungkin ya mungkin tidak. Tergantung kuantiti positif thinking dan negatif thinking yang dimiliki orang yang memandangnya. Kalau seseorang berfikiran positif, maka orang itu malah akan berpendapat sebaliknya. Jepun akan bangkit! Mari kita coba dari sisi yang tidak terlalu besar, yang kecil saja. Yaitu menghormati posisi pelanggan. Dalam merawat pelanggannya, perusahaan-perusahaan Jepun adalah paling hebat. Dan itu aku rasakan selama aku hidup dan bekerja di Jepun. Mereka menganggap pelanggan adalah raja. Dan bahkan lebih dari itu! Entah apa istilah yang tepat untuk penghormatan ini. Suatu ketika terjadi kesalahan fatal dari sebuah perusahaan. Terjadi kesalahan pengiriman data penting ke konsumen lewat email. Data itu menjadi hidup dan matinya perusahaan itu. Maka dikontaknyalah cepat-cepat lewat email dan telepon ke konsumen itu tentang salah pengiriman data tersebut. Permohonan itu dikontak dari presiden perusahaan langsung agar data tersebut dihapus dan dimusnahkan secepatnya. Tidak cukup dengan itu, didatanginya kantor perusahaan itu untuk memastikan bahwa mereka telah memusnahkan data penting itu. Dan bahkan tidak cuma itu, digantinya semua komputer yang dimiliki oleh perusahaan tersebut dengan komputer baru. Orang Jawa bilang, Gres ewes-ewes! Untuk memastikan bahwa mereka tidak mengakses data penting itu. Dan ternyata tidak cukup hanya sampai di situ, dia beri service sepanjang hidup percuma untuk memakai service perusahaannya. Apakah sudah selesai di situ? Ternyata tidak! Dipercumakan baginya untuk memakai semua support dan service perusahaannya secara free! Dan itu pun berlaku seumur hidup. Memang posisi konsumen adalah raja di raja di Jepun. Dengan penghormatan konsumen seperti ini, aku yakin mereka akan bangkit dengan kekuatan Jepun lebih gila lagi! Karena itu bencana tsunami dan gempa ini, akan lebih menduniakan Jepun dengan segala budayanya. Sudah terbukti banyak orang yang jatuh hati dengan orang Jepun dalam menangani bencana ini. Mereka jatuh hati oleh kekuatan gambare-nya orang Jepun. Mereka bahkan jatuh hati oleh kekuatan kebersamaan bangsanya. Semua serba profesional bekerja. Dari tingkat Ku (kecamatan) sampai Shi (Kota). Dan bahkan ke tingkat Ken (propinsi) dan Kuni (negara) pun mereka benar-benar menghormati rakyatnya. Pejabatnya orang yang bertanggung jawab. Bahkan ketika terjadi gelombang tsunami, ada kepala pejabat kota dan beberapa stafnya yang tetap bertahan di kantornya untuk hanya sekedar dapat mengontak dan mengkoordinasi penyelamatan rakyatnya. Mereka tetap bertahan dengan beberapa orang di gedung kota agar dapat melakukan penanganan bencana gelombang tsunami lebih baik. Akibatnya fatal! Ketika gedung kota dihantap gelombang tsunami. Mereka hilang di telan ombak setinggi 14 meter. Dan tidak ditemukan jasadnya sampai saat ini. Inilah semangat samurai, semangat busido Jepun! Mereka tidak mahu bersenang-senang di bawah penderitaan rakyatnya. Bagi mereka tanggung jawab yang harus dipikulnya adalah keutamaan. Walaupun harus meregang nyawa di badan. Semangat ini tergambar sekali lagi, ketika anggota pemadam kebakaran mendapatkan tugas pemadaman asap PLTN Fukushima yang semakin berbahaya. Seorang komandan memberikan arahan kepada anak buahnya. Suasana itu mirip dengan suasana ketika jenderal isoroku Yamamoto memberikan arahan kepada para pilot Jepun yang mendapatkan tugas pengeboman base tentara Amerika di Pearl Harbor tahun 1941. Serangan maut dengan 353 pesawat tora-tora itu berlangsung tiga gelombang, pukul 7:53, 8:55 dan 9:55 pagi. Selamatkan rakyat yang terkena bencana tsunami, walaupun harus menempuh jalan yang sulit lagi sukar. Walaupun itu adalah seorang sekalipun, selamatkan! ujarnya berapi-api. Melihat semangat dan kesungguhan wajah-wajah anggota pemadam kebakaran ini, jadi teringat wajah-wajah para pilot Jepun yang siap berkamikaze dalam era kekalahan perang dunia kedua tahun 1945. Mereka berani menjadi tumbal dan mati demi bangsanya. Aku tidak ingin membandingkan dengan kondisi negaraku (Indonesia), karena bangsa jepun dibangun sudah sekitar 400 tahun yang lalu. Yaitu dimulai dari jaman Edo. Dan semua orang sudah tahu jawabannya tentang Indonesia. Yang pasti aku tidak ingin menulis kalimat kekecewaan di dalam tulisan ini. Ada teman-temanku dari negera Jepun di kantor, yang sedikit tidak puas dengan penanganan bencana tsunami ini. Mereka mengkritik pemerintahannya yang masih dirasakan lambat penanganannya. Akan tetapi mereka tidak tahu, dan tidak sadari bahwa ada gelombang tsunami yang lebih dahsyat dari itu. Di mana gelombang tsunami membuat jatuh hati masyarakat dunia kepada Jepun! Dan biasanya, bangsa yang jatuh akan selalu belajar dari pengalaman buruk yang menimpanya. Kita sudah beberapa kali tertimpa musibah, sebagaimana hal nya Jepun. Mengapa kita tak meniru spiritnya?*/ Yusuf Muhammad Efendy, tinggal di San Francisco, Amerika
" Anda masih mencari jodoh? Lawati http://www.myjodoh.net"
" Kertas Soalan Ramalan Matematik 2010 : http://maths-catch.com/exam"
Terima kasih kerana sudi bersama kami. Untuk mendapatkan maklumat lanjut tentang ReSpeKs Group, sila ke : http://respeks-group.blogspot.com
No comments:
Post a Comment