Wednesday, October 9, 2013

RG2011... Seri Potret Sholat Jama’ah dalam Kehidupan Salaf

 

 

Bismillah

Moga bermanfaat

Potret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf

Potret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (1)Reviewed by AdminonAhad, February 3rd, 2013.This Is Article AboutPotret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (1)Oleh: Ustadz Abdul Qodir Abu Fa'izah -Hafizhohulloh- Sholat merupakan perkara penting dalam kehidupan para salaf[1]. Ia memiliki pengaruh yang sangat mendalam dalam kehidupan mereka. Sehingga sholat merupakan aktifitas rutin yang membahagiakan dan menyejukkan hati serta menerangi jiwa mereka. Hati mereka bagaikan gulita, jika luput mengerjakan sholat jama'ah. Bahkan sholat jama'ah selalu terngiang-ngiang dalam benak mereka, [...]

Oleh: Ustadz Abdul Qodir Abu Fa'izah -Hafizhohulloh-

Sholat merupakan perkara penting dalam kehidupan para salaf[1]. Ia memiliki pengaruh yang sangat mendalam dalam kehidupan mereka. Sehingga sholat merupakan aktifitas rutin yang membahagiakan dan menyejukkan hati serta menerangi jiwa mereka. Hati mereka bagaikan gulita, jika luput mengerjakan sholat jama'ah. Bahkan sholat jama'ah selalu terngiang-ngiang dalam benak mereka, "Kapankah saatnya didirikan sholat jama'ah??"

Pentingnya sholat jama'ah dalam kehidupan salaf sulit digambarkan dengan suatu ekspresi, dan susah dijelaskan tentang manisnya sholat jama'ah bagi pribadi mereka. Kita cuma bisa menggambarkan urgensi dan kedudukan sholat jama'ah di sisi para salaf dengan meneropong kehidupan mereka lewat atsar-atsar yang dinukil dan dibukukan oleh para ulama' kita.

Para pembaca yang budiman, kami mengajak anda melihat dan menikmati indah sholat jama'ah di sisi para salaf melalui beberapa poin berikut ini:

  •   Bersegera menuju Masjid

Diantara tanda yang menunjukkan tingginya semangat dan perhatian salaf dalam menjaga sholat jama'ah, mereka bersegera menuju masjid sebelum adzan dikumandangkan. Lembaran-lembaran sejarah emas telah mengisahkan semangat mereka tersebut. Coba kita membuka sebagian kitab sejarah islamiyyah, niscaya kita akan menemukan sosok yang sholeh dan bersemangat tinggi dalam mengikuti sunnah.

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolaniy –rahimahullah- berkata: "Tidaklah dikumandangkan (adzan) sholat sejak 40 tahun lalu, kecuali Sa'id ibnul Musayyib berada di dalam masjid".[2]

Apa yang diceritakan Al-Hafizh, juga telah diakui sendiri oleh Sa'id ibnul Musayyib -rahimahullah- tatkala beliau berkata, "Aku tak pernah mendengarkan adzan di tengah keluargaku sejak 30 tahun".[3]

Adat kebiasaan yang baik seperti ini, bukan hanya dilakukan oleh Sa'id ibnul Musayyib, akan tetapi juga dilakukan oleh salaf lainnya. Sekarang kita dengarkan Abul Asy'Ats Robi'ah bin Yazid Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata, "Mu'dzdzin tidak pernah mengumandangkan adzan shubuh sejak 40 tahun,  kecuali aku berada di masjid; kecuali aku sakit atau musafir".[4]


[1] Salaf, artinya: pendahulu. Namun yang dimaksudkan disini adalah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in, dan orang-orang yang mengikuti mereka. Merekalah para salaf (pendahulu) kita yang sholih.

[2] Lihat Tahdzib At-Tahdzib (4/87)

[3] Lihat Ath-Thobaqot Al-Kubro (5/131) karya Ibnu Sa'd.

[4] Lihat Riyadh An-Nufus (1/84) via Ahammiyah Sholah Al-Jama'ah, hal.75

Potret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (2)

  •  Tidak Luput dari Takbirotul Ihram

Sholat jama'ah di dalam jiwa para salaf merupakan perkara yang sangat penting. Mereka adalah suatu generasi yang rela meninggalkan segala kehidupannya demi menghadiri munajatnya bersama Robbnya. Mereka bukan seperti sebagian orang yang rela meninggalkan sholat jama'ahnya demi kehidupan yang fana ini!!

Al-Qodhi Taqiyyuddin Sulaiman –rahimahullah- berkata, "Aku tak pernah melaksanakan sholat dalam keadaan sendirian sama sekali, kecuali dua kali saja. Seakan-akan aku tidak melaksanakan sholat itu sama sekali".[1]

Waqi' ibnul Jarroh Ar-Ru'asiy -rahimahullah- berkata, "Dulu Al-A'masy hampir 70 tahun tak pernah luput dari takbir pertama".[2]

Demikianlah seorang muslim yang suka ibadah. Dia bersegera menuju ke masjid demi mengejar keutamaan shof pertama dan bertakbirotul ihram bersama imam. Al-Hafizh Adz-Dzahabi -rahimahullah- berkata, "Yahya ibnul Qoththon apabila menyebut Al-A'masy, ia berkata: "Al-A'masy adalah seorang ahli ibadah , dan ia menjaga sholat jama'ahnya dan shof pertama. Dia adalah ulama' Islam".[3]

Muhammad bin Sama'ah -rahimahullah- berkata, "Aku telah hidup selama 40 tahun, sedang aku tak pernah luput dari takbir pertama, kecuali satu hari saja ketika itu ibuku meninggal. Akhirnya akupun tertinggal satu kali sholat jama'ah".[4]

Sampai disana ada seorang salaf yang bernama Ibrohim bin Yazid -rahimahullah- pernah berkata, "Apabila engkau melihat seorang meremehkan takbir pertama, maka bercuci tanganlah (berlepas tanganlah) darinya".[5]

 


[1] Lihat Dzail Thobaqot Al-Hanabilah (2/365)

[2] Lihat As-Siyar (6/228) karya Abu Abdillah Adz-Dzahabiy

[3] Lihat Siyar A'lam An-Nubala' (2/232) oleh Adz-Dzahabiy.

[4] Lihat At-Tahdzib (9/204) oleh Al-Hafizh Al-Asqolaniy

[5] Lihat Siyar Al-A'lam (5/62) oleh Imam Adz-Dzahabiy Asy-Syafi'iy

Potret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (3)

Potret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (3)Reviewed by AdminonSenin, February 4th, 2013.This Is Article AboutPotret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (3)Tinggalkan Pekerjaan Saat Adzan Terdengar Bekerja untuk mencari nafkah adalah kewajiban seorang ayah dan kepala rumah tangga. Namun kewajiban seperti ini tidaklah menghalangi para salaf untuk menunaikan kewajiban yang lebih tinggi lagi, yaitu sholat jama'ah. Karena sholat jama'ah adalah hak Allah Robbul alamin atas para hambanya dari kaum Adam. Tak heran jika disana ada seorang [...]

  • Tinggalkan Pekerjaan Saat Adzan Terdengar

Bekerja untuk mencari nafkah adalah kewajiban seorang ayah dan kepala rumah tangga. Namun kewajiban seperti ini tidaklah menghalangi para salaf untuk menunaikan kewajiban yang lebih tinggi lagi, yaitu sholat jama'ah. Karena sholat jama'ah adalah hak Allah Robbul alamin atas para hambanya dari kaum Adam.

Tak heran jika disana ada seorang salaf yang menghentikan aktivitasnya detik itu juga jika mendengarkan adzan. Yahya bin Ma'in -rahimahullah- berkata ketika menceritakan perihal kehidupan Ibrohim bin Maimun Ash-Sho'igh -rahimahullah-,  "Apabila dia (Ibrohim bin Maimun Ash-Sho'igh) mengangkat palu, lalu ia mendengarkan adzan, maka beliau tidak mengembalikannya (tidak memukulkannya)".[1]

Para salaf adalah suatu kaum yang tidak dilalaikan oleh kehidupan dunianya sehingga rela menyia-nyiakan hak Robbnya. Sebab mereka tahu bahwa mereka akan menghadap Allah dengan membawa pahala sholat yang pertama kali akan dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya -Azza wa Jalla-.

Adz-Dzahabiy menyebutkan dalam sebuah kitabnya bahwa, "Al-Aswad, apabila hadir waktu sholat, maka beliau menderumkan ontanya walaupun pada sebuah batu".[2]

 


[1] Lihat Tahdzib At-Tahdzib (1/173) karya Abul Fadhl Ibnu Hajar

[2] Lihat Siyar A'lam An-Nubala' (4/53) karya Adz-Dzahabiy

Potret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (4)

Potret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (4)Reviewed by AdminonSelasa, February 5th, 2013.This Is Article AboutPotret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (4)Bulan Madu Bukan Rintangan Bulan madu bukanlah merupakan suatu penghalang bagi para salaf dalam menunaikan dan mendahulukan hak Robb mereka. Bahkan ada di antara mereka yang rela meninggalkan istrinya demi melaksanakan sholat jama'ah. Mereka bukanlah seperti generasi masa kini, jika datang malam pengantin -sedang mereka berbulan madu bersama istrinya-, maka mereka tak rela bangun melaksanakan [...]

  • Bulan Madu Bukan Rintangan

Bulan madu bukanlah merupakan suatu penghalang bagi para salaf dalam menunaikan dan mendahulukan hak Robb mereka. Bahkan ada di antara mereka yang rela meninggalkan istrinya demi melaksanakan sholat jama'ah.

Mereka bukanlah seperti generasi masa kini, jika datang malam pengantin -sedang mereka berbulan madu bersama istrinya-, maka mereka tak rela bangun melaksanakan sholat Ashar atau sholat shubuh demi menyenangkan dan memuaskan syahwat belaka. Mereka lupa bahwa istri hanyalah perhiasan belaka dan penolong dalam ketaatan, bukan penolong dalam kedurhakaan kepada Allah. Mereka lupa tentang hari kiamat saat tegaknya semua manusia dari Adam sampai manusia terakhir di hadapan Allah Al-Hakim (Sang Maha Bijaksana) untuk menghukumi, dan memutuskan segala tindak-tanduk makhluknya ketika mereka hidup di atas permukaan bumi ini. Ketika itulah Allah akan menampakkan segala yang tersembunyi sampai seorang yang bersembunyi dan berselimut bersama keluarganya akan ditampakkan oleh-Nya demi menanyakan segala perbuatannya.

Perkara ini betul-betul dipahami oleh para salafush sholeh. Hal itu tampak pada diri dan perbuatan mereka. Sekarang perhatikan, dulu ada seorang salaf bernama Anbasah ibnul Azhar berkata, "Al-Harits bin Hassan –radhiyallahu anhu- -dan beliau memiliki persahabatan (dengan Nabi –Shollallahu alaihi wasallam-) telah menikah. Lalu beliau ditanya: "Apakah engkau akan keluar (pergi sholat shubuh), padahal engkau berbulan madu dengan istrimu di malam ini?" Maka beliau menjawab: "Demi Allah, Jika ada seorang istri yang menghalangi aku dari sholat shubuh bersama jama'ah, maka ia sungguh istri yang buruk".[1]

 


[1] Lihat Majma' Az-Zawa'id (2/41) oleh Al-Haitsamiy

Potret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (5)

  •   Hadir Walau Sakit

Cinta kepada sesuatu bagaikan ombak lautan yang sulit dibendung. Demikianlah kecintaan para salaf terhadap sholat jama'ah. Walaupun seorang diantara mereka sakit, ia tetap melangkah ke masjid dengan penuh semangat.

Dari seorang tabi'in yang bernama Ar-Robi' bin Khusaim -rahimahullah-, pada diri beliau ada suatu penyakit. Beliau dipapa diantara dua orang. Lalu dikatakan kepada Ar-Robi', "Wahai Abu Yazid, Sesungguhnya berada dalam suatu udzur, jika engka mau (tak hadir sholat  jama'ah)". Beliau menjawab, "Betul, aku mendengarkan mu'adzdzin berkumandang, "Hayya alash sholah hayya alal falah". Barangsiapa yang mendengarkan adzan, maka hendaklah ia mendatanginya, sekalipun merangkak, sekalipun merayap".[1] Diriwayatkan, "Beliau dipapa menuju sholat, sedang pada dirinya terdapat penyakit lumpuh ".[2]

Dari Abu Abdir Rahman Abdullah bin Habib bin Robi'ah As-Sulamiy, ia berkata, "Beliau diusung ke masjid, sedang ia sakit".[3] Dalam riwayat lain, "Beliau memerintahkan mereka untuk mengusungnya dalam keadaan becek dan hujan ke masjid, sedang ia sakit".[4]

Demikianlah manisnya sholat jama'ah di mata salafush sholeh -rahimahullah-, sehingga mereka amat rindu menghadirinya, sekalipun harus menanggung penderitaan yang berat dan kondisi yang susah. Karena segala sesuatu yang dikerjakan jika dilandasi dengan kesadaran dan ilmu tentang pentingnya sesuatu, maka ia akan melakukannya, walaupun harus melintasi aral dan rintangan yang berat.

 


[1] HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (1/350)

[2] HR. Ibnu Sa'd dalam Ath-Thobaqot Al-Kubro (6/189)

[3] HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (1/350)

[4] HR. Ibnul Mubarok dalam Az-Zuhd (419)

Potret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (6)

Potret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (6)Reviewed by AdminonKamis, February 7th, 2013.This Is Article AboutPotret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (6)  Mencari Jama'ah Diantara bentuk tingginya perhatian salaf dengan sholat jama'ah, jika luput dan tidak sempat mendapatkan sholat jama'ah di suatu masjid, maka mereka tidak putus asa, bahkan berusaha mencari masjid lain yang kemungkinannya belum usai dari melaksanakan sholat jama'ah. Berikut ini silakan dengarkan penuturan Mu'awiyah bin Qurroh, كَانَ حُذَيْفَةُ إِذَا فَاتَتْهُ الصَّلَاةُ فِيْ مَسْجِدِ قَوْمِهِ [...]  Mencari Jama'ah

Diantara bentuk tingginya perhatian salaf dengan sholat jama'ah, jika luput dan tidak sempat mendapatkan sholat jama'ah di suatu masjid, maka mereka tidak putus asa, bahkan berusaha mencari masjid lain yang kemungkinannya belum usai dari melaksanakan sholat jama'ah. Berikut ini silakan dengarkan penuturan Mu'awiyah bin Qurroh,

كَانَ حُذَيْفَةُ إِذَا فَاتَتْهُ الصَّلَاةُ فِيْ مَسْجِدِ قَوْمِهِ يُعَلِّقُ نَعْلَيْهِ وَيَتَّبِعُ الْمَسَاجِدَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا فِيْ جَمَاعَةٍ

 "Dulu Hudzaifah -radhiyallahu anhu- , jika luput dari sholat jama'ah di masjid kaumnya, maka beliau menggantung (baca: melepas) kedua sandalnya, dan mencari-cari masjid sehingga beliau bisa melaksanakannya secara berjama'ah".[1]

Begitulah kaum salaf dalam menjaga sholat jama'ah. Karenanya, jadikanlah mereka sebagai panutan dan kepercayaan, sebab jika seorang hamba betul-betul menjaga hak-hak Robbnya dengan perhatian yang tinggi, maka tentunya ia tak akan menyia-nyiakan hak para hamba Allah; ia akan memperhatikannya dengan baik. Motivasi mereka dalam berbuat kebaikan, cuma ada dua: (1) mengharapkan pahala di sisi Allah sebagai bekal menuju akhirat, dan (2) takut kepada Allah, jangan sampai Allah tidak menerima amal kebaikannya di saat ia berbuat baik, dan jangan sampai Allah menyiksa dirinya di saat ia berbuat maksiat.

Mereka tidaklah seperti generasi yang di zaman kita, jangankan mencari sholat jama'ah di tempat lain, datang ke masjid saja, malasnya bukan kepalang!! Generasi ini lebih senang berongkang-ongkang kaki di rumah, berjalan-jalan santai di tepi pantai, dan mendengarkan perkara haram –semisal musik-, dibandingkan datang ke masjid  untuk merendahkan diri di hadapan Allah bersama hamba-hamba-Nya. Generasi seperti ini malah memperhambakan dirinya kepada setan dan hawa nafsunya. Generasi ini ibaratnya telur yang dikeluarkan oleh ayam. Mau dikatakan bukan dari ayam, padahal kenyataan membuktikan ia berasal dari ayam. Tapi tak ada kesamaan!! Artinya, generasi seperti ini dilahirkan dari keluarga muslim, akan tetapi ia tidak menunjukkan dirinya sebagai muslim. Namun jika silsilah keturunannya dirunut, ia dari keluarga muslim. Nas'alullahas salamah wal afiyah fid dunyah wal akhiroh…

 


[1] HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (2/205).

Potret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (7)

Potret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (7)Reviewed by AdminonJumat, February 8th, 2013.This Is Article AboutPotret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (7)Menunda Pengobatan Berobat merupakan perkara yang dianjurkan dalam agama kita agar seorang hamba bisa beribadah kepada Allah dengan baik. Namun ada sebagian salaf tidaklah terpengaruh oleh penyakit yang dideritanya, dan ia bersabar dalam suasana taat kepada Allah. Lezatnya ibadah melalaikan dirinya dari segala penderitaan dan penyakit yang ia alami. Sa'id bin Al-Musayyib -rahimahullah- adalah termasuk diantara mereka. [...]Menunda Pengobatan

Berobat merupakan perkara yang dianjurkan dalam agama kita agar seorang hamba bisa beribadah kepada Allah dengan baik. Namun ada sebagian salaf tidaklah terpengaruh oleh penyakit yang dideritanya, dan ia bersabar dalam suasana taat kepada Allah. Lezatnya ibadah melalaikan dirinya dari segala penderitaan dan penyakit yang ia alami.

Sa'id bin Al-Musayyib -rahimahullah- adalah termasuk diantara mereka. Diriwayatkan, "Beliau pernah mengadukan matanya. Maka mereka berkata, "Wahai Abu Muhammad, andaikan engkau keluar ke lembah Al-Aqiq, lalu engkau menyaksikan pemandangan yang hijau, niscaya engkau akan mendapatkan kelegaan karenanya". Beliau menjawab, "Apa yang aku lakukan untuk bisa menghadiri sholat Isya' dan shubuh?".[1]

Perhatikan sikap dan jawaban Sa'id bin Al-Musayyib -rahimahullah- , beliau tak tega meninggalkan sholat Isya' dan shubuh secara berjama'ah di masjid. Bahkan ia rela menunda pengobatan penyakitnya demi meraih keuntungan akhirat.

Karenanya, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolaniyrahimahullah- berkata: "Tidaklah dikumandangkan (adzan) sholat sejak 40 tahun lalu, kecuali Sa'id ibnul Musayyib berada di dalam masjid".[2]

 


[1] HR. Ibnu Sa'd dalam Ath-Thobaqot (5/132). Lihat As-Siyar (4/240) karya Adz-Dzahabiy

[2] Lihat Tahdzib At-Tahdzib (4/87) karya Al-Hafizh Ibnu Hajar.

Potret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (8)

  •  Masjid Dijadikan Rumah

Ciri seorang mukmin yang hakiki, hatinya selalu tergantung di masjid. Seakan-akan masjid merupakan tempat tinggal mereka, karena mereka lalu-lalang ke masjid sehingga ia adalah penghuni masjid. Setiap lima waktu dan ada waktu senggang ia melazimi masjid beribadah dan berdzikir disana[1]. Bahkan hal ini mereka wariskan dan wasiatkan kepada anak keturunan mereka.

Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam- bersabda,

الْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ

"Masjid adalah rumah orang-orang yang bertaqwa".[HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir (6143), Abu Nu'aim (6/176), Al-Qudho'iy dalam Musnad Asy-Syihab (73), Al-Baihaqiy dalam Asy-Syu'ab (2950). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (716)]

Oleh karenanya, sebagian sahabat di zaman kenabian, ada yang terkadang bermalam di masjid demi menunggu keutamaan shoff pertama ketika sholat shubuh.

 


[1] Berbeda dengan sebagian anak muda di zaman ini, seakan-akan bar, diskotik, dan tempat hiburan adalah rumah mereka. Tak ada waktu lowong, kecuali mereka lalai disana oleh gemerlapnya dunia yang fana ini, dan lupa hari perjumpaan dengan Allah di saat setiap orang membutuhkan bekal amal sholeh, sementara dirinya hanya berbekal maksiat. Na'alullahas Salamah minasy syubuhat wal syahawat…amin.

Potret Sholat Jama'ah dalam Kehidupan Salaf (9)

  • Rela Menghukum Anak

Terkadang seorang anak akan menjadi ujian bagi seorang ayah. Di saat itulah, seorang ayah harus pandai-pandai menghadapi ujian tersebut sehingga bisa terarah kepada solusi yang bermanfaat baginya dan anaknya.

Dulu, para salaf amat tinggi perhatian mereka kepada agama anak-anaknya, utamanya dalam perkara sholat –setelah aqidahnya-. Mereka rela memberikan hukuman bagi anaknya karena melalaikan sholat jama'ah di masjid.

Konon kabarnya, Abdul Aziz bin Marwan pernah mengutus anaknya, yaitu Umar bin Abdil Aziz[1] ke Madinah dalam rangka belajar. Ayahnya menulis surat kepada Sholih bin Kaisan agar ia menjaganya.

Sholih bin Kaisan mengharuskannya sholat jama'ah. Kemudian suatu hari, Umar bin Abdul Aziz terlambat melaksanakan sholat jama'ah. Maka Sholih bin Kaisan -rahimahullah- bertanya, "Apa yang menghalangimu?!". Umar menjawab, "Tukang sisirku mengatur rambutku". Sholih bin Kaisan berkata, "Apakah pengaturan rambutmu menyebabkan engkau lebih mengutamakannya dibandingkan sholat?!"

Kemudian Sholih bin Kaisan pun menulis surat ke orang tua Umar bin Abdul Aziz tentang kejadian tersebut. Akhirnya Abdul Aziz mengirim seorang utusan. Utusan itu tidaklah berbicara dengan Umar sampai ia mencukur rambut Umar.[2]

 


[1] Kelak menjadi khalifah.

[2] Lihat Siyar A'lam An-Nubala' (5/116) karya Adz-Dzahabiy.

·          

Pt Honeywell Indonesia  

 

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
" Minuman para Anbia :  http://higoat-2009.blogspot.com/"

" Anda masih mencari jodoh? Lawati http://www.myjodoh.net"

" Kertas Soalan Ramalan Matematik 2010 :  http://maths-catch.com/exam"

" Kedai Maya : http://halawahenterprise.blogspot.com/"

" Blog Sahabat RG : http://azwandengkil.blogspot.com"

Terima kasih kerana sudi bersama kami. Untuk mendapatkan maklumat lanjut tentang ReSpeKs Group, sila ke : http://respeks-group.blogspot.com.
Segala email yang tersiar melalui Respeks Group adalah tanggungjawab penulis asal email. Owner atau moderator tidak bertanggungjawab ke atas setiap email yang disiarkan dan sebarang dakwa dakwi tiada kena mengena dengan moderator group.

.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment